Menyuburkan Kembali Lahan Kritis dengan Bio-slurry

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 mengungkap bahwa lahan sangat kritis di Indonesia mencapai 4,04 juta hektare (ha). Lahan pertanian kritis menjadi tantangan nyata yang dihadapi banyak petani di Indonesia, karena berdampak secara signifikan pada keberlanjutan pertanian akibat hilangnya produktivitas lahan. Berbagai faktor yang menyebabkan lahan kritis seperti penggunaan pupuk kimia berlebihan, erosi, kekeringan, praktik budidaya yang tidak berkelanjutan, hingga perubahan iklim menambah kompleksitas masalah yang dihadapi petani di Indonesia.
Seruan kembali ke bahan organik saat ini tengah populer di masyarakat. Pendekatan seperti Nature-Based Solution yang meyakini bahwa alam bukan hanya sesuatu yang perlu dilindungi, tetapi juga dapat menjadi bagian dari solusi atas masalah yang dihadapi manusia, seperti perubahan iklim, degradasi lahan, bencana alam, dan ketahanan pangan. Dalam hal ini – lahan pertanian kritis – juga perlu pendekatan serupa agar dapat kembali pulih dan produktif. Bio-slurry (ampas biogas) yang kaya akan nutrisi memiliki manfaat signifikan dalam pemulihan lahan kritis, karena dapat membantu meningkatkan unsur hara secara alami. Kandungan nutrisinya mudah diserap tanaman, sehingga bisa mempercepat pemulihan produktivitas lahan.
Lahan yang subur merupakan syarat penting dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Rumah Energi melalui program Kemandirian Pangan mendorong masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian dan kemandirian energi untuk memasak. Upaya mewujudkan kemandirian pangan nasional salah satunya melalui pemanfaatan bio-slurry untuk pertanian yang mendukung petani beralih ke pupuk alami dan tidak bergantung pada pupuk kimia. Jika petani sebagai garda terdepan kemandirian pangan mampu mandiri, dan masyarakat memiliki kesadaran untuk beralih ke produk ramah lingkungan yang juga menguntungkan secara ekonomi, bukan tidak mungkin cita-cita terwujudnya Indonesia Berdaya dalam energi dan pangan akan dimulai dari tingkat tapak.
Ditulis oleh: Fauzan Ramadhan