Komunitas Kreatif Bernilai Sosial, Berugak Design Membantu Visual Branding kepada Pelaku UMKM Pro-Women di Lombok

Setelah melewati program workshop kedua, Pro-Women membentuk sebuah komunitas kreatif yang terdiri dari sekelompok anak muda yang tidak hanya bertalenta di bidangnya, tapi juga bersedia mengambil peran dalam mendukung pelaku UMKM di Lombok, NTB agar terus tumbuh dan mampu bersaing pada segmentasi pasar yang kian sulit. Mereka adalah Berugak Design– sebuah komunitas yang berisikan para anggota mahasiswa yang mengenyam pendidikan dengan jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Bumigora, Mataram. Kebetulan, Bumigora merupakan pertama dan satu-satunya universitas di Nusa Tenggara Barat yang menawarkan jurusan DKV.

Semuanya bermula ketika mereka mendapatkan sebuah tugas kuliah untuk melakukan re-branding kepada banyak pelaku UMKM di Lombok. Hingga suatu hari, salah satu anggota Berugak bernama Ade bertemu dengan UMKM bernama Gumi Bamboo. Gumi Bamboo merupakan satu dari sederet bisnis yang menginspirasi banyak masyarakat untuk menerapkan pola hidup zero waste dengan langkah kecil seperti pengurangan sampah plastik dan beralih kepada produk ramah lingkungan seperti menggunakan peralatan makanan dan minuman yang terbuat dari bambu. Setelah sekian waktu membantu proses re-branding Gumi Bamboo, Ade pun tahu bila Gumi Bamboo merupakan salah satu peserta binaan program Pro-Women yang sudah berjalan sejak bulan April 2019. Hingga beberapa waktu kemudian, ia dipertemukan dengan salah satu anggota tim Pro-Women– Pritha, yang mengajak untuk meneruskan niat baiknya dengan berkolaborasi membantu peserta Pro-Women melakukan proses re-branding seperti mendesain packaging, stiker, brosur maupun berbagai komponen lain secara visual demi meningkatkan daya branding yang lebih masif.

Apalagi, mengingat banyaknya jumlah pelaku UMKM Indonesia sebagai penggerak ekonomi negara yang masih kalah dengan pengusaha-pengusaha mapan karena lemahnya komposisi branding yang dimiliki. “Saya ingat cerita dari Mbak Pritha (anggota Pro-Women) yang bilang, ada sebuah UKM yang menjual keripik, kemudian keripik tersebut laku dibeli oleh pelanggan di luar Lombok dan dijual kembali dengan harga 10x lipat lebih mahal dengan branding yang berbeda”, ungkap Ade.

Mendengar cerita yang didapatnya, ia pun mulai mengajak mahasiswa lainnya untuk bergabung membentuk komunitas, yang kini lahir dengan nama Berugak Design. Setelah berjalan 5 bulan lamanya (dimulai sejak Juli 2019), saat ini Berugak Design telah beranggotakan 9 total mahasiswa dan sudah membantu beberapa peserta Pro-Women, mulai dari pembaharuan packaging produk, pembuatan label, logo dan stiker. Mereka berharap, kelak Berugak Design bisa menjadi komunitas yang mendalangi anak-anak muda lainnya untuk bergabung bersama memperkaya skill dan keterampilan melalui kreasi-kreasi desain yang imajinatif dan atraktif untuk dimanfaatkan hasilnya kepada pelaku UMKM di Lombok.

Menjadi tim yang lebih besar, tentu bukanlah perkara mudah. Apalagi masing-masing dari mereka juga masih disibukkan dengan aktivitas lain yang membuat kurangnya komunikasi antar anggota. “Kendalanya sampai sekarang adalah komunikasi. Terkadang kita lupa untuk menanyakan perkembangan masing-masing anggota, sudah sejauh mana progress desain untuk para ibu-ibunya”, ungkap Pandu, salah satu mahasiswa yang bergabung bersama Berugak Design sejak awal terbentuk. Ia mengaku jika selama bergabung, ia dan teman-temannya kerap mendapati masalah soal pengaturan waktu yang masih kocar-kacir. Sering sekali bentrok dengan jadwal kuliah maupun kegiatan di luar kampus lainnya. “Tapi itu sudah hal biasa, sih. Yang penting kita masih bertekad buat nerusin komunitas ini walaupun program Pro-Women sudah selesai”, lanjut Pandu.

Bermimpi menjadi komunitas desain terbesar dengan membopong nilai sosial yang aspiratif di Lombok, Berugak Design ternyata juga memiliki idola yang menjadi panutan mereka selama ini. “Kita pengen kayak Tata Rupa. Mereka juga sama seperti kita, hanya saja lokasinya di Surabaya. Bahkan, dulu pengen bisa mendaftar jadi tim mereka. Sayangnya, domisili mereka jauh jadi nggak mungkin. Makanya, bersyukur sekali bisa ketemu Pro-Women, sekarang jadi bisa bikin komunitas sendiri,” pesan Ade ketika ditanya siapa idola mereka. Selain terdorong untuk melakukan kegiatan sosial, komunitas Berugak Design juga bermimpi kelak bisa menciptakan peluang usaha yang bergerak dibidang jasa. “Harapan untuk kedepan, pengennya kita nggak hanya fokus menjadi komunitas non-profit, tapi juga mencari peluang yang bisa menghasilkan untung misalnya dengan menyediakan workshop, seminar atau membentuk agensi sendiri. Jadi, sembari membantu para UMKM secara gratis, kita juga masih bisa dapat penghasilan”, ujar Pandu, yang berharap dengan terbentuknya Berugak Design, ia dan teman-temannya bisa ikut berpartisipasi mendorong ekonomi bangsa dengan membentuk bisnis agensi. Semoga tercapai, ya!

27 November 2019