Mengupayakan Transisi Energi yang Adil melalui Proyek Pro Women for Renewable Energy

Energi adalah kebutuhan pokok bagi semua orang, tak terkecuali perempuan. Namun, minimnya keterwakilan perempuan dalam pembuatan keputusan dari tingkat keluarga, komunitas, dan kebijakan publik terkait akses energi. Hal ini membuat sektor energi kerap dipandang sebagai sektor yang bias gender, pada satu gender tertentu karena banyak pekerjaan di sektor energi yang melibatkan pekerjaan fisik maupun perhitungan teknis, maka muncul stigma bahwa energi adalah urusan laki-laki. Padahal, dalam keseharian di rumah tangga justru perempuan yang banyak beraktivitas di dekat energi, mulai dari memasak hingga peralatan rumah tangga lainnya, dan tanpa disadari bahkan perempuan menjadi pengambil keputusan dalam penggunaan energi yang lebih efisien di rumah tangga.

Berdasarkan hasil kajian penghitungan Badan Pusat Statistik (BPS 2020), Indeks ketimpangan gender (IKG) bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi yang tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia, dan Kabupaten Lombok Tengah tertinggi nomor dua di NTB. IKG menggambarkan kerugian atau kegagalan (loss) dari pencapaian pembangunan manusia akibat adanya ketidaksetaraan gender yang diukur dari aspek kesehatan, pemberdayaan, serta akses dalam pasar tenaga kerja. Selama ini keterbatasan pengetahuan atas pilihan dan rantai nilai energi terbarukan menjadikan perempuan di perdesaan tidak terlalu bisa mendapatkan akses informasi dan pendidikan, sehingga perlu upaya bersama dalam hal kesetaraan akses energi bagi perempuan terutama perdesaan khususnya dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dalam transisi energi.

YRE dengan dukungan Ford Foundation dan Kementerian Dalam Negeri melaksanakan proyek Pro Women untuk Energi Terbarukan (Pro Women for Renewable Energy) di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Proyek ini bertujuan untuk pengarusutamaan kesetaraan gender dalam transisi energi yang berkelanjutan di wilayah pedesaan Indonesia Bagian Timur. Dengan program ini diupayakan kesetaraan akses energi bagi perempuan terutama perdesaan khususnya dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dalam transisi energi serta dapat menghemat perekonomian sehari-hari.

Proyek ini menyasar tiga Kelompok Wanita Tani (KWT), yaitu KWT Kaki Rinjani Desa Karang Sidemen, KWT Suli Asli Desa Aiq Berik, dan KWT Elong Tune Desa Lantan. Ketiga KWT tersebut memproduksi kopi yang merupakan produk potensial. Intervensi yang akan dilakukan dalam proyek ini diantaranya adalah pelatihan, pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta teknologi. Dengan intervensi tersebut, harapannya adalah penerima manfaat dapat memiliki wawasan yang utuh terkait transisi energi yang adil dan mempermudah proses pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga dapat meningkatkan kualitas untuk produk yang dihasilkan.

Ditulis oleh: Nannuba Hilma Azhury Annur
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan

16 Maret 2023