Mendorong Modernisasi Koperasi Susu: Kolaborasi untuk Peternak yang Berdaya

Perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) mengunjungi Koperasi Samesta pada 6 Oktober 2025 lalu. Dalam kunjungan tersebut Kemenko Pangan mengapresiasi kinerja Koperasi Samesta dalam mendukung kemandirian pangan melalui bisnis susu. Kemenko Pangan juga mendorong sinergi Koperasi dengan program pemerintah Koperasi Desa Merah Putih/KDMP dan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, Kemenko Pangan menekankan pentingnya regenerasi peternak muda sebagai kunci keberlanjutan industri peternakan nasional.

Pada rangkaian kunjungannya, dilangsungkan juga kegiatan Focus Group Discussion (FGD) antara Kementerian Pangan, akademisi, lembaga keuangan, dan koperasi peternak di Yogyakarta. Pertemuan ini menjadi ruang penting untuk membahas arah modernisasi sektor persusuan nasional sekaligus memperkuat peran koperasi sebagai pilar ekonomi peternak di daerah.
Dalam sambutannya, Asisten Deputi Kementerian Pangan, Bapak Karsa, menekankan pentingnya modernisasi bisnis persusuan di Indonesia. Ia menyoroti tiga langkah strategis yang tengah didorong pemerintah, yaitu modernisasi industri peternakan sapi perah, gerakan minum susu di sekolah, serta pengembangan industri pengolahan susu nasional. Upaya ini diharapkan tidak hanya memperkuat rantai nilai produksi susu, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan peternak di tingkat akar rumput.

ementara itu, Prof. Ali Agus dari Universitas Gadjah Mada yang juga merupakan tenaga ahli Menteri, menegaskan kembali bahwa koperasi merupakan wadah gotong royong yang menjadi kekuatan utama peternak. Ia mencontohkan keberhasilan Fonterra di Selandia Baru sebagai bukti bahwa koperasi dapat tumbuh menjadi pemain global ketika anggotanya memiliki visi bersama dan sistem tata kelola yang profesional. Prof. Ali juga mendorong pembentukan koperasi sekunder di Daerah Istimewa Yogyakarta agar koperasi primer dapat fokus pada bisnis intinya tanpa harus saling berkompetisi, misalnya dalam pengadaan pakan atau penyediaan layanan pendukung.
Kepala Dinas Koperasi DIY turut memberikan pandangan mengenai pentingnya penguatan manajemen dan kesehatan koperasi. Ia memperkenalkan aplikasi Klinik Koperasi sebagai alat bantu untuk memantau kinerja koperasi sekaligus memastikan tata kelola berjalan transparan. Beberapa koperasi peternakan di DIY seperti Samesta dan PPKDY disebut telah menunjukkan kemajuan yang signifikan, menjadi contoh bahwa koperasi bisa tumbuh besar ketika dikelola dengan pendekatan bisnis yang matang.
Dari sisi akses pembiayaan, perwakilan Bank BRI menyoroti tantangan klasik yang masih dihadapi banyak peternak, yakni belum terbiasanya pencatatan keuangan secara digital. Padahal, rekam jejak transaksi menjadi faktor penting dalam pengajuan kredit. BRI mendorong koperasi untuk menjadi perantara bagi peternak dalam mengakses program Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun pembiayaan lainnya. Transaksi pembayaran susu diharapkan bisa dilakukan melalui transfer bank agar setiap peternak memiliki catatan transaksi yang jelas, memudahkan mereka ketika ingin mengajukan pembiayaan di masa mendatang.

Dari hasil diskusi, beberapa rekomendasi utama disepakati bersama. Di antaranya adalah perlunya pendampingan berkelanjutan bagi peternak untuk menekan harga pokok produksi (HPP) susu, percepatan akses kredit melalui program Pembiayaan Investasi Produktif (PIP) dengan bunga ringan 4% per tahun, serta integrasi pembayaran pajak koperasi ke dalam sistem nasional. Selain itu, peserta juga sepakat untuk mendorong pembentukan koperasi sekunder di DIY dan mengawal proses impor sapi oleh koperasi Samesta agar datanya tervalidasi dengan baik melalui Kementerian Pertanian.
Prof. Ali Agus menutup diskusi dengan apresiasi terhadap peran pendampingan yang dilakukan oleh SGM dan Danone. Ia menilai kolaborasi seperti ini sangat krusial karena peternak dan koperasi masih membutuhkan dukungan intensif dalam hal manajemen dan penguatan kapasitas.
Inisiatif lintas sektor seperti FGD ini menjadi cerminan nyata semangat Indonesia Berdaya yang mendorong kemandirian masyarakat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi lokal. Ketika koperasi, pemerintah, akademisi, dan lembaga keuangan bergerak bersama memperkuat ekosistem pangan dan energi, yang dibangun bukan hanya ketahanan ekonomi, tetapi juga kedaulatan masyarakat. Sebab Indonesia yang berdaya tumbuh dari peternak yang tangguh, koperasi yang sehat, dan sistem yang saling menguatkan.
Ditulis oleh: Tim FRESH Project
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan