Limbah Tahu sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan

Limbah tahu yang tidak terolah begitu menyengat baunya sehingga mengganggu warga dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Hal ini dirasakan oleh Nurhasanah, selaku pengusaha tahu dan ibu rumah tangga di Kota Mataram yang dapat menghasilkan 50 kg limbah tahu tidak terolah setiap harinya. Nyatanya, limbah tahu ini dapat dimanfaatkan menjadi salah satu bahan baku Biogas Rumah (BIRU). Dengan kerja sama antara Yayasan Rumah Energi, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), dan Baznas Kota Mataram, Ibu Nurhasanah membangun biogas untuk mengolah limbah tahunya.

Menurut Dekan fakultas Pertanian UMMAT, Ir Asmawati saatnya masyarakat diajak untuk memanfaatkan limbah agar bermanfaat bagi kehidupannya .”Limbah tahu lebih baik dimanfaatkan menjadi biogas daripada merusak lingkungan,” katanya.

Sementara Walikota Mataram, H Ahyar Abduh mengakui salah satu persoalan di kota Mataram adalah persoalan limbah termasuk limbah industri rumah tangga. Karenanya pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas perlu dikembangkan. “Ini menjadi solusi atas permasalahan limbah di kota Mataram,” katanya.

Walaupun terlambat, jelas Walikota namun akan jadi catatan walikota selanjutnya untuk melanjutkan pengembangan limbah tahu menjadi biogas. “Ini menjadi memory saya yang bisa dilanjutkan oleh walikota selanjutnya,” harapnya.

Berawal dari ketertarikan terhadap biogas sejak Ibu Nurhasanah melihat biogas yang dimiliki oleh warga di Kabupaten Lombok Tengah. Setelah mengetahui bahwa dengan biogas dapat mengolah limbah tahunya, maka Ibu Nurhasanah melakukan pembangunan biogas November 2020 kemarin. Ibu Nurhasanah memanfaatkan gas untuk menunjang usahanya yang menjual sosis goreng, selain itu, ampas biogas atau biasa dikenal dengan sebutan bio-slurry sebagai pupuk alami juga dimanfaatkan untuk mendukung cocok tanam rumahan menggunakan polybag yang sudah dilakukan beliau.

Potensi limbah tahu di Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup besar, sekitar 2.500 KK merupakan pengrajin tahu atau tempe yang memiliki potensi untuk pemanfaatan biogas. Serta dukungan kampanye pengolahan limbah organik dari berbagai golongan, teknologi biogas dapat menjadi solusi yang tepat. Teknologi biogas memanfaatkan limbah organik sebagai bahan baku yang diolah menjadi energi bersih berupa gas untuk memasak dan ampasnya untuk pupuk alami. Contoh limbah organik yang dapat diolah menjadi adalah kotoran ternak, sayur-mayur, nasi, limbah tahu/tempe, dan sebagainya.

Aplikasi teknologi Biogas Rumah (BIRU) dapat menjadi upaya komprehensif untuk konservasi energi & lingkungan secara berkelanjutan hal ini sejalan dengan Skala Prioritas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TBP). Dampak dari program adalah konservasi lingkungan melalui pengelolaan limbah organik dan peningkatan ekonomi masyarakat. Selain itu juga tercipta lapangan kerja untuk pengembangan sektor biogas secara lokal terutama tenaga pembangun instalasi biogas yang memiliki keahlian & kompetensi di bidangnya dan keterlibatan perempuan dalam basis pemberdayaan komunitas lokal.

Download Siaran Pers (PDF)
12 Januari 2021