Deklarasi Forum Kolaborasi Tarum Barat Juara: Melihat, Berbagi, dan Bekerja untuk Kalimalang

Siaran Pers

(Jakarta, 29 September 2022) Saluran Tarum Barat atau Kalimalang merupakan sumber daya air permukaan yang berperan sangat penting bagi kehidupan masyarakat di sekitar Karawang, Bekasi, dan Jakarta. Air Kalimalang sangat bermanfaat bagi berbagai sektor, baik itu sebagai air baku, atau pun untuk kebutuhan industri, irigasi, perikanan, pertanian, dan berbagai kebutuhan lainnya. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) dengan berdasarkan data dari berbagai sumber menunjukan bahwa kualitas air baku Kalimalang di beberapa titik saat ini berada pada status cemar sedang hingga berat yang mengacu pada Permenkes No.492 tahun 2010 sebagai air minum dan PP No.22 tahun 2021 sebagai sungai kelas I. Di sisi lain pengukuran yang dilakukan oleh YRE dengan mengacu pada regulasi yang sama menghasilkan nilai STORET mencapai -164.

“Secara angka, sumber-sumber data yang kita dapatkan memang memiliki perbedaan. Kami tidak melihat ini untuk menjustifikasi data siapa yang lebih valid, tetapi lebih kepada bahwa data ini seharusnya perlu kita konsolidasikan supaya hasil analisisnya lebih akurat untuk menjadi dasar strategi rencana aksi bersama.” kata Jihan, selaku Team Leader program HATI Kalimalang dari Yayasan Rumah Energi.

Beberapa potensi sumber pencemar di Kalimalang teridentifikasi disebabkan adanya aktivitas masyarakat berkaitan dengan jamban terapung, permukiman ilegal, limbah cucian rumah tangga, hingga sampah padat yang dibuang ke sempadan maupun dibuang langsung ke Kalimalang. Hal ini tentu mempengaruhi kualitas air Kalimalang itu sendiri, dan berdampak pada kesehatan masyarakat dan juga kenaikan biaya pengelolaan air bagi industri yang memanfaatkan maupun masyarakat yang menjadi konsumen.

“Banyaknya bangunan liar di sepanjang Saluran Tarum Barat mempersulit kami dalam menjalankan operasional pemeliharaan saluran. Ini diperparah dengan minimnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, karena bahkan saluran induk yang kami jaga sekali pun masyarakat masih membuang sampahnya kesitu.” Ujar Ibu Rini Widowati, Asisten Manajer Operasi dan Pemeliharan Unit Wilayah I perum jasa tirta II. Dedi Kurniawan dari Save Kali Cikarang menambahkan, “Bicara tentang kalimalang tidak lepas dengan kali Cikarang. Kali Cikarang itu sebenarnya pemasok debit air yang besar tetapi banyak pencemarnya juga. Nah di kali Cikarang itu kita concern. Jadi yang saya harapkan dari temen-temen adalah bikin rencana aksi segera karena tingkat kemiskinan di Bekasi itu tergantung dari sungai. Bicara datanya, karena sumbatan sampah, 7000 hektar petaninya itu tidak bisa mencangkul (menggarap-red) sawahnya, dia puso.”

Secara formal, pengelolaan Kalimalang berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum berdasarkan Permen PUPR No. 16 tahun 2020 dan Perum Jasa Tirta II berdasarkan PP No. 7 tahun 2010. Masalah tercemarnya Kalimalang pada kenyataannya berkaitan juga dengan kondisi hulunya yaitu sungai-sungai yang juga berkontribusi terhadap Kalimalang, baik itu secara kuantitatif atau pun kualitatif. Sumber daya air Kalimalang berasal dari bendungan Jatiluhur yang berada dalam aliran DAS Citarum, serta aliran sungai Cibeet dan sungai Cikarang yang juga turut menyumbang neraca air Kalimalang nyatanya tidak lepas dari masalah alih fungsi lahan dan juga pencemaran. Ini mengakibatkan masalah kualitas air di Kalimalang menjadi sangat kompleks. Meski pun upaya-upaya untuk mengurangi beban pencemaran di Kalimalang sudah kerap dilakukan, namun hasilnya belum optimal dikarenakan berbagai faktor salah satunya berkaitan dengan perilaku masyarakat di sekitar.

“Permasalahan di DAS Citarum pada dasarnya diakibatkan oleh beberapa pertumbuhan penduduk, meningkatnya eksploitasi ruang dan sumber daya air. Pencemaran di DAS Citarum ini sangat tinggi oleh sedimen, pencemaran dari limbah industri, peternakan, pertanian, perikanan seperti keramba jaring apung, serta air limbah domestik dan persampahan.” Kata Ibu Suminah, selaku Subkoor Perencanaan Operasi dan Pemeliharaan BBWS Citarum.

Yayasan Rumah Energi (YRE) menginisiasi sebuah aksi melalui program “Melihat, Berbagi dan Bekerja untuk Kalimalang” atau HATI Kalimalang. Program ini bertujuan untuk melakukan pemotretan kondisi terkini tentang kualitas air Kalimalang untuk mengetahui dan mencermati berbagai permasalahan yang mempengaruhi dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan bersama-sama dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan terhadap Kalimalang, mulai dari regulator, operator, pengguna air baku, hingga masyarakat. Inisiasi ini merupakan implementasi dari kepedulian akan pemanfaatan air baku yang berkelanjutan, sekaligus upaya advokasi untuk melakukan konservasi melalui pendekatan kolaboratif. Rangkaian konsolidasi dilakukan bersama para pemangku kepentingan kunci melalui kegiatan audiensi, forum diskusi terarah, dan lokakarya terbatas menghasilkan kesepakatan untuk membentuk suatu forum kolaborasi yang didasarkan pada kesadaran dan kesepahaman yang sama untuk mengurangi pencemaran dan meningkatkan kualitas air Kalimalang melalui aksi rintisan bersama. Bapak Didi Adji Siddik, Plt. Sekretaris Dinas LH Prov. Jabar, Sekretariat PPK DAS Citarum kemudian menegaskan terkait pentingnya forum kolaborasi ini.

“Kami sangat menghargai deklarasi forum kolaborasi ini, sangat bermanfaat sekali kalau bisa ini bisa terwujud, karena sebenarnya pengelolaan lingkungan itu tidak berjalan sendiri-sendiri, harus ada kolaborasi, karena permasalahan lingkungan ini multi sektor, multi disiplin, kemudian tidak mengenal batas juga. Dalam pelaksanaannya ini (Citarum Harum) kita menggunakan model sinergitas pentahelix Citarum Harum. Nah di sini ini kita melibatkan bisnis, akademisi, pemerintahan, komunitas, dan juga media. Jadi penekanannya adalah supaya model sinergitas pentahelix ini bisa berjalan sesuai dengan tujuan saat ini, yaitu kita sadar kolaborasi. Jadi forum ini kami sangat mendukung sekali karena merupakan perwujudan dari pentahelix, seperti itu.”

Di kesempatan yang lain Rizki Fahlevi, Kepala Urusan Teknik Litbang PDAM Tirta Bhagasasi, menyampaikan “Saya harap forum kolaborasi ini bisa dijadikan wadah yg efektif dalam penyampaian masalah seputar kalimalang baik segi teknis & non teknis.”

Forum kolaborasi ini terdiri dari PJT II dan BBWS Citarum selaku operator dan regulator, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bekasi dari unsur pemerintah, PDAM Tirta Bhagasasi mewakili unsur badan usaha, serta Save Kali Cikarang, YRE, dan Patriot Desa Jawa Barat mewakili unsur masyarakat. Lebih jauh, forum kolaborasi ini juga akan melibatkan akademisi dan media agar isu Kalimalang ini menjadi inklusif dan dapat ditangai secara kolektif. Keterlibatan semua pihak diharapkan dapat memberikan dampak baik terhadap upaya konservasi Kalimalang.

Berkenaan dengan peringatan Hari Sungai Sedunia yang dilaksanakan setiap minggu ke empat bulan September, virtual event bertajuk “Deklarasi Forum Kolaborasi Tarum Barat Juara: Melihat, Berbagi, dan Bekerja untuk Kalimalang” diselenggarakan untuk membuka ruang diskusi publik dan untuk menjangkau jejaring kolaborasi dari sektor akademisi dan media. Virtual event ini juga menjadi momentum untuk menyepakati bersama pembentukan forum kolaborasi pentahelix sebagai wujud komitmen bersama dalam upaya penanganan masalah pencemaran untuk meningkatkan kualitas air Kalimalang.

Ditulis oleh: Jihan Ahmad & Primagia Anugrah Lestari
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan

5 Oktober 2022