Suara dan Kepemimpinan Perempuan dalam Sektor Energi Layak Diberikan Ruang dalam Pengambilan Keputusan

Dalam upaya memperkuat peran perempuan dalam proses transisi energi, Rumah Energi menggelar lokakarya berjudul “Peran dan Kepemimpinan Perempuan dalam Mengadvokasi Transisi Energi yang Adil” di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Di tengah tantangan transformasi energi yang semakin mendesak, lokakarya ini menjadi forum penting untuk mendorong kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan energi, sekaligus memberikan ruang bagi perempuan untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan dan advokasi di tingkat lokal.

Saat ini, fenomena ketimpangan gender di sektor energi sangat mencolok. Menurut data dari International Energy Agency (IEA) dan OECD, perempuan hanya memegang sekitar 14% peran senior manajerial di perusahaan energi secara global. Di sektor utilitas energi, proporsi ini sedikit lebih tinggi, yakni sekitar 17% hingga 20%, tetapi tetap jauh dari representasi yang seimbang. Di sektor energi terbarukan, menurut data IRENA, perempuan memegang sekitar 32% dari total pekerjaan penuh waktu, namun hanya sekitar 19% dari posisi manajerial senior. Sementara itu, dalam konteks ASEAN, keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan energi masih sangat terbatas: hanya sekitar 8% dari tenaga kerja sektor energi di ASEAN adalah perempuan, menurut ASEAN Centre for Energy.

Kegiatan Lokakarya dibuka oleh Ibu Hernety, mewakili Rumah energi dan Andriyansyah Subandi, S.Tp., MSi selaku Sekreratis Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Sukabumi. Dalam sambutan dan arahannya, Andriyansyah meyebutkan pentingnya melibatkan perempuan dalam advokasi energi, hal ini bukan hanya terkait isu kesetaraan, namun merupakan kebutuhan strategis terkait pembangunan desa, “Perempuan memiliki kekuatan sebagai penggerak komunitas, sebagai inovator dalam ekonomi rumah tangga, sebagai penjaga keberlanjutan lingkungan, dan sebagai pemimpin informal di tingkat desa. Melalui kelompok perempuan, LKD-PKK desa, UMKM, hingga komunitas lokal, perempuan dapat menjadi kekuatan kolektif dalam mendorong kebijakan yang lebih berpihak dan berkeadilan,” jelasnya.

Andriyansyah juga memberikan penekanan pentingnya pemerintah desa untuk dapat memasukkan program energi bersih dalam RPJMDes, RKPDes, dan APBDes, mulai dari fasilitas penerangan, teknologi hemat energi, hingga pengembangan energi terbarukan komunal. Desa dapat memanfaatkan dana desa, membuka peluang kerja sama dengan CSR, PLN, lembaga donor, hingga perguruan tinggi untuk mendukung program energi bersih di masing-masing wilayahnya.

Dalam lokakarya tersebut, hadir pula Dece Nurhadiansyah Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Pengarusutamaan Gender, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Sukabumi yang berbicara dari sudut pandang kebijakan, kepemimpinan, dan pembangunan inklusif terkait peran strategis perempuan sebagai agen perubahan. Hadir juga dalam sesi panel Krisna Wijaya mewakili Rumah Energi serta Evi Lindiana, mewakili PEKKA Kabupaten Sukabumi. Keduanya berbagi praktik baik tentang bagaimana mendorong kepemimpinan Perempuan dalam program yang sebelumnya dilaksanakan.

Diskusi panel pada lokakarya ini yang dimoderasi oleh Gustina selaku Manajer Proyek Pro Women 3 Rumah Energi, membahas tantangan sistemik yang menghambat partisipasi dan kepemimpinan perempuan di sektor energi: mulai dari stereotip gender, kurangnya akses ke teknologi bersih, hingga rendahnya literasi energi di komunitas perempuan. Peserta kemudian dibagi dalam kelompok diskusi tematik untuk merumuskan strategi advokasi energi bersih secara konkret di lingkup desa. Mereka bersama-sama menyusun rencana aksi yang mencakup penguatan jejaring perempuan, peningkatan literasi energi, serta advokasi kebijakan agar program energi bersih di tingkat desa lebih responsif gender.

Para peserta menyatakan tekad untuk terus memperkuat peran perempuan dalam advokasi energi, kolaborasi lintas sektor, dan penciptaan ruang kepemimpinan yang lebih inklusif. Komitmen ini menjadi landasan bagi kerja sama jangka panjang antara pemerintah daerah, komunitas perempuan, organisasi masyarakat sipil, dan sektor energi — demi mewujudkan transisi energi yang tidak hanya bersih, tetapi juga adil dan setara.

Rumah Energi sebagai penyelenggara berharap bahwa melalui lokakarya ini, akan terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah perempuan yang tidak hanya terlibat dalam program energi, tetapi juga mengambil peran kepemimpinan strategis. Harapannya, ini mendorong perubahan struktural dalam sistem energi lokal dan nasional yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan perempuan.

Ditulis oleh: Tim Proyek Pro-Women

Disunting oleh: Fauzan Ramadhan

8 Desember 2025