Komunitas Bambu Kuning Gelar FGD Internal, Bahas Pemanfaatan Eceng Gondok dan Pemberdayaan Lingkungan

Komunitas Bambu Kuning Gelar FGD Internal, Bahas Pemanfaatan Eceng Gondok dan Pemberdayaan Lingkungan

Cikarang SelatanKomunitas Bambu Kuning menggelar Focus Group Discussion (FGD) internal pada akhir pekan lalu di kawasan Ekowisata Bambu Kuning, Pasirsari, Cikarang Selatan. Kegiatan ini menjadi ajang refleksi sekaligus penguatan semangat anggota dalam menjaga lingkungan serta menggali potensi ekonomi dari tanaman air yang kerap dianggap gulma: eceng gondok.

FGD yang berlangsung di ruang terbuka hijau kawasan ekowisata tersebut dihadiri oleh Kepala BUMDes Pasirsari, perwakilan Rumah Energi, serta seluruh anggota komunitas. Dalam suasana diskusi yang cair namun produktif, para peserta membahas berbagai isu strategis terkait keberlanjutan program komunitas. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi proyek Harmony and Togetherness for a Community-Driven Water Stewardship in Cikarang (HATI Cikarang) Rumah Energi yang didukung oleh Amazon Web Service. Proyek ini bertujuan untuk penatalayanan air dan mengonversi polutan air menjadi produk bernilai ekonomi.

Salah satu fokus utama dalam diskusi adalah pemanfaatan eceng gondok yang tumbuh liar di kanal dan sungai sekitar kawasan.
Salah satu fokus utama dalam diskusi adalah pemanfaatan eceng gondok yang tumbuh liar di kanal dan sungai sekitar kawasan.

Salah satu fokus utama dalam diskusi adalah pemanfaatan eceng gondok yang tumbuh liar di kanal dan sungai sekitar kawasan. Tanaman ini dinilai berpotensi merusak ekosistem air jika tidak dikendalikan. Namun di tangan Komunitas Bambu Kuning, eceng gondok justru diolah menjadi produk bernilai seperti kerajinan tangan, pupuk organik, dan bahan baku produk kreatif lainnya.

Selama ini eceng gondok dianggap pengganggu, padahal jika dikelola dengan baik bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat,” ujar salah satu anggota komunitas dalam sesi diskusi.

Selain menggali potensi ekonomi, FGD ini juga menjadi wadah bagi anggota untuk menyampaikan aspirasi, tantangan yang dihadapi, serta harapan ke depan. Isu-isu seperti keterbatasan alat, minimnya modal, dan perlunya pelatihan lanjutan menjadi sorotan yang disampaikan secara terbuka. Dalam sesi pemaparan ide, sejumlah usulan menarik muncul dari para peserta. Di antaranya, pengembangan olahan ikan lele seperti keripik dan nugget, revitalisasi minuman herbal tradisional desa bernama Doremi, serta program edukasi lingkungan untuk masyarakat dan anak-anak sekolah.

Peserta FGD Bahas Pemanfaatan Eceng Gondok dan Pemberdayaan Lingkungan
Peserta FGD Bahas Pemanfaatan Eceng Gondok dan Pemberdayaan Lingkungan

Menutup kegiatan, seluruh peserta ditekankan pada pentingnya melihat gerakan komunitas ini sebagai upaya ganda: menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga. Komunitas Bambu Kuning menjadi salah satu contoh bahwa inisiatif berbasis masyarakat dapat memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian alam, sembari menciptakan peluang ekonomi lokal yang berkelanjutan. Semangat ini adalah cerminan nyata dari visi Indonesia Berdaya yang diusung oleh Rumah Energiyaitu menciptakan masyarakat mandiri, tangguh, dan berdaya lenting secara sosial maupun ekonomi melalui pengelolaan sumber daya lokal. Dengan dukungan berkelanjutan dan komitmen bersama, inisiatif-inisiatif seperti ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak komunitas di berbagai daerah untuk bergerak menuju masa depan yang lestari dan berdaya.

Ditulis oleh: Alfat Naufin 

Disunting oleh: Fauzan Ramadhan 

28 Mei 2025